Rabu, 06 Maret 2013

✿ :::Kakek Dan dan seutas Tali menuju Syurga::: ✿


Kisah ini terjadi di sebuah kampung di sebelah barat kerajaan Saudi Arabia Dikisahkan sendiri oleh Syeikh Ibrahim Bubastit dalam “Qashash Mumayyizah”. Beliau menuturkan,

“Kami memasuki kampung itu. Tak ada tanda-tanda sentuhan kemodernan. Sebuah kampung terpencil dengan bangunan yang sederhana. Kami menelusuri tanjakan jalan menuju masjid di kampung i...
tu. Hingga sampailah kami di tempat itu, di masjid…tempat dimulainya kisah ini.

Tatkala kami sampai di masjid, kami dapati di sisi depan pintu terdapat batu besar yang diikat dengan sebuah tali. Tahukah Anda, tali apakah itu? Satu ujungnya terikat di batu, sementara ujung tali yang lain memanjang dan tidak kelihatan ujung tali yang lain karena jauh.

Kami mulai menyusuri tali tersebut untuk mencari tahu, sampai di mana ujung tali yang satunya. Cobalah Anda terka, di manakah ujung tali itu berakhir? Tali itu terhampar memanjang di atas tanah. Setelah kira-kira enam menit kami mengikuti arah tali tersebut dengan mobil, subhanallah, kami menemukan tempat di mana ujung tali itu berakhir.

Ternyata, tali panjang itu berujung di sebuah rumah tua yang hanya terdiri dari satu kamar dan tempat air. Di rumah tersebut kami bertemu dengan pemiliknya, yakni seorang kakek tua yang kedua matanya tak lagi bisa melihat. Umurnya kira-kira 85 tahun. Dia adalah seorang kakek buta yang rajin beribadah.

Tatkala kami bertanya, “Wahai kakek, beritahu kami, apa rahasia dari tali yang memanjang dari masjid hingga rumah Kakek ini?” Maka dengarkanlah jawaban yang membekas di hati setiap mukmin ini. Kakek itu menjawab, “Wahai anakku, ini adalah tali yang menunjukkan jalanku untuk shalat lima waktu. Ketika masuk waktu shalat, aku pegang tali ini, lalu saya keluar rumah ini menuju masjid dengan memegangi tali ini.

Begitu pula tatkala aku pulang dari masjid, karena tidak ada yang menuntunku untuk ke masjid.” Allahu Akbar! Kami pun melihat bekas yang sangat ketara pada telapak tangannya yang secara rutin bergesekan dengan tali yang dipegangnya?”

Lantas di manakah orang-orangyang kuat fisiknya? Yang sehat kedua matanya, yang kokoh kedua kakinya, serta orang yang memiliki kendaraan untuk hilir mudik, adakah alasan bagi mereka untuk meninggalkan shalat jamaah di masjid? Wallahul muwaffiq. (Abu Umar Abdillah)

0 komentar:

Posting Komentar